Oil & Gas
Produksi Blok Mahakam Dikhawatirkan Turun

Jakarta, petroenergy.id - PT Pertamina mengkhawtirkan produksi blok Mahakam di 2018 mengalami penurunan akibat minimnya kegiatan pengeboran sumur. Apalagi diprediksi di 2019 mulai terjadi defisit pasokan gas di Indonesia.
Kekhawatiran itu sempat mengemuka dalam acara jumpa pers yang diadakan PT Pertamina terkait kinerja perseroan di triwulan III 2016, Selasa (8/11/2016), di kantor Pertamina pusat, Jakarta. Pasca 2017, kontrak di blok tersebut berakhir dan Pertamina akan mengambil alih sebagai operator dari Total E&P Indonesia (TEPI).
Kekhawatiran Pertamina itu beralasan, karena kabarnya TEPI hanya akan melakukan pengeboran lima sampai enam sumur di kuartal I 2017. “Kita khawatir decline sangat tajam (di 2018) karena minim penambahan sumur. Untuk itu kami mengusulkan agar ada pengeboran 19 sumur di 2017, dan 2018 mulai dioperasikan,” ujar Direktur Utama PT Pertamina, Dwi Soetjipto.
Dwi Soetjipto optimis produksi blok Mahakam di 2017 akan sama seperti tahun 2016. Media Relations Department Head Total E&P Indonesia, Kristanto Hartadi, mengatakan sampai Maret lalu produksi gas di Blok Mahakam mencapai 1,74 miliar kaki kubik per hari (bcfd), sementara minyak dan kondensat 65.500 barel per hari (bph). Angka ini lebih tinggi dari rata-rata produksi sepanjang 2015. Tahun lalu, produksi gas hanya 1,68 bcfd, sedangkan minyak dan kondensat 68.000 bph.
Produksi untuk Maret itu, kata Kristanto, akan digunakan untuk lifting semua.
Dengan begitu besaran lifting sama dengan produksi. Capaian ini lebih tinggi dari target yang dicantumkan di Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2016. Dalam APBN 2016, lifting gas untuk Blok Mahakam 1,307 bcfd dan lifting minyak 55.740 bph.
Pertamina menargetkan di 2018 semua sumur di blok Mahakam beroperasi. Tujuannya di antaranya untuk mengantiisipasi defisit pasokan gas di Indonesia yang diperkirakan mulai terjadi di 2019. (san)