Maritime
Lebih Dekat Dengan TB Haeru, Sosok Pecinta Dunia Kelautan & Perikanan

Petroenergy.id, JAKARTA - Bersahaja dan ramah. Demikian sosoknya dikenal luas. Kecintaan terhadap dunia kelautan dan perikanan tak disangsikan lagi. Sejak usia muda, dia telah jatuh hati pada dunia itu. Kini, kecintaan itu dia tuangkan dalam sebuah komitmen bulat untuk membangun kejayaan bangsa di sektor kelautan dan perikanan.
Dr. Tb. Haeru Rahayu, A.Pi, M.Sc, dialah sosoknya. Sosok yang cukup dikenal banyak kalangan di sektor kelautan dan perikanan. Jejak pengabdiannya terukir jelas tatkala sejumlah posisi diembannya di Kementerian Kelautan dan Perikanan.
Sebelum diangkat sebagai Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut (PRL) oleh Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) Sakti Wahyu Trenggono, Tebe, demikian dia biasa disapa, sempat menduduki posisi Direktur Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (PSDKP) KKP.
Pada jabatan eselon I di lingkungan KPP, Tebe memang pernah ditugaskan "tour of duty" di tiga posisi. Dia juga pernah duduk sebagai Direktur Jenderal Perikanan Budidaya. Sebuah prestasi yang jarang ditorehkan oleh banyak pejabat di KKP.
Tugas dan pengabdian Tebe tak pernah lepas dari dunia laut dan ikan, sedari awal hingga kini. Maklum, sedari muda Tebe memang mengakrabkan diri pada dua dunia tersebut, sebagaimana dikutip dari KKP-Rebound.
Perhatian dan kecintaannya itu dia buktikan selepas lulus sekolah menengah atas. Dia pun memastikan diri untuk memilih Sekolah Tinggi Perikanan (STP). Dunia perikanan dijadikannya fondasi masa depannya.
Kala itu, Tebe memaknai laut (dan perikanan) sebagai pusat kehidupan di bumi, mata pencaharian manusia, dan ekonomi. Untuk itu laut harus "dibela" dari segala sisi, diperhatikan dan diberdayakan.
Tebe membuktikan tak selamanya pilihan sendiri itu keliru. Dia pun berhasil menyelesaikan studi S1-nya dengan baik. Jenjang pendidikan berikutnya dituntaskan. Gelar Master dan Doktor pun diraihnya.
Semakin tinggi jenjang pendidikan yang dituntaskan, semakin tinggi pula kesadaran dan kecintaan Tebe terhadap dunia kelautan dan perikanan.
"Kesehatan laut ternyata sedang berada dalam ancaman akibat polusi, penangkapan ikan berlebih, dan perubahan iklim. Ini semua harus kita benahi dan atasi bersama," ujar Tebe suatu ketika.
Di saat terjadi kekosongan jabatan Menteri Kelautan dan Perikanan, Tebe masih mengingat dengan jelas bagaimana dia -- bersama Sekjen KKP -- dipanggil Menko Maritim dan Investasi, Luhut Binsar Panjaitan selaku Menteri Kelautan dan Perikanan ad interim, untuk segera menghadap. Posisinya sebagai Dirjen PSDKP kala itu dinilai strategis oleh Luhut.
"Pemerintah harus bisa menghadirkan ekonomi laut berkelanjutan yang akan bermanfaat bagi semua orang dimana pun dan melindungi laut secara efektif. Karena itu, kinerja kementerian ini tidak boleh terhenti atau terganggu ketika terjadi kekosongan jabatan menteri," ujar Tebe.
Menurut Tebe, ketika agenda aksi laut baru yang pernah digodok oleh sebuah pertemuan internasional beberapa waktu lalu dicapai, maka akan membantu menghasilkan makanan enam kali lebih banyak dari laut saat ini.
Juga akan menghasilkan 40 kali lebih banyak energi terbarukan, mengentaskan jutaan orang dari kemiskinan. "Dan berkontribusi terhadap seperlima pengurangan emisi gas rumah kaca yang diperlukan agar kenaikan suhu bumi tidak melebihi 1,5° Celcius,” ujar anggota Masyarakat Iktiologi Indonesia (MII) ini.
Setumpuk Tugas di Pundak
Sejak Januari 2021, TB Haeru Rahayu secara resmi -- setelah sebelumnya sejak Oktober 2020 menjabat Plt. Dirjen PRL -- mendapat amanah dari Menteri Trenggono untuk mengepalai Ditjen PRL. Setumpuk tugas kini berada di pundaknya.
Menjaga kelestarian lingkungan laut hingga aktif mengelola mangrove adalah bagian tugas yang diamanahkan Menteri Trenggono kepada Tebe.
Bagi Tebe, Pengelolaan Ruang Laut merupakan direktorat jenderal di lingkungan KKP yang memiliki peran strategis. Khususnya dalam menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengelolaan ruang laut. Termasuk juga pengelolaan konservasi dan keanekaragaman hayati laut, serta pengelolaan pesisir dan pulau-pulau kecil.
TB Haeru menyatakan tekadnya untuk tetap serius mengawal kelestarian ekosistem laut dan kawasan pesisir, aktif dalam penegakan regulasi terhadap limbah industri. Hingga pun dia bertekad untuk aktif mengelola mangrove, dan akan selalu mengimbau masyarakat untuk turut menanam dan menjaga kawasan mangrove.
"Dalam menjaga kelestarian lingkungan, jajaran Ditjen Pengelolaan Ruang Laut dapat mengadopsi pola yang dipakai masyarakat (local wisdom)," ungkapnya.
TB Haeru juga bertekad memberikan perhatian lebih terkait permintaan Menteri Trenggono soal kesejahteraan petambak garam, hingga penyusunan "briefnote".
"Briefnote dimaksud adalah untuk pengambilan kebijakan tentang barang muatan kapal tenggelam (BMKT), kawasan konservasi yang dikelola KKP, mangrove, penataan ruang laut dan zonasinya, dan Pengembangan Usaha Garam Rakyat (Pugar)," jelasnya.
Satu lagi permintaan Menteri untuk TB Haeru. "Ditjen kami diminta berinovasi dalam menggenjot pendapatan negara bukan pajak (PNBP) yang tidak sebatas berbasis proses izin, melainkan lewat persentase keuntungan dari pemanfaatan sumber daya alam yang diolah setiap tahunnya."
Permintaan Menteri itu diamini TB Haeru. Dia menyadari bahwa program dan kegiatan pembangunan kelautan dan perikanan memang harus dapat tersampaikan dan tepat sasaran. Juga harus memberikan kontribusi signifikan bagi pembangunan nasional dan kesejahteraan seluruh rakyat. [harjo]